Jika kita sudah mengetahui sekilas tentang rahasia huruf, maka perihal bagaimana pengaruh nama terhadap diri seseorang tentu bisa lebih dipahami.
Saksi nyata akan pentingnya Nama telah hadir di ayat suci pertama yang turun dengan perintah untuk membaca;
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ
Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang mencipta. (QS. Al-Alaq: 1).
Perhatikan bahwa bukan hanya ayat pertama yang mensyariatkan baca dengan Nama, bahkan pelajaran pertama bagi Nabi Adam adalah ta’lim Nama-nama.
وَعَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى الۡمَلٰٓٮِٕكَةِ فَقَالَ اَنۡۢبِــُٔوۡنِىۡ بِاَسۡمَآءِ هٰٓؤُلَآءِ اِنۡ كُنۡتُمۡ صٰدِقِيۡنَ
Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama (mereka semua itu), jika kamu yang benar!” (QS. Al-Baqarah: 31).
Tentu pelajaran nama-nama yang bahkan para malaikat belum memahami sepenuhnya itu meliputi dimensi lapisan makna dzahir dan batinnya sehingga setelah mendapat wahyu pelajaran itu, Nabi Adam menerangkannya kepada para malaikat.
Setiap Nama mengandung huruf-huruf yang bergantung dan bisa berhubung dengan Ism min Asmaillah Nama-Nama Allah. Selain dari nilai, notasi, unsur dan rangkaian huruf, setiap kata atau Nama dari bahasa apapun bisa dilihat konstruksi bobot bibit dan kecocokannya bagi sang penyandang nama tersebut.
Saat hendak memotong hewan dan mau mengkonsumsi dagingnya, Allah telah tegaskan dalam firman-Nya:
فَكُلُوْا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّٰهِ عَلَيْهِ اِنْ كُنْتُمْ بِاٰيٰتِهٖ مُؤْمِنِيْنَ
Maka makanlah dari apa yang (ketika disembelih) disebut Nama Allah, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya. (QS. Al-An’aam: 118).
وَلَا تَأْكُلُوْا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّٰهِ عَلَيْهِ وَاِنَّهٗ لَفِسْقٌۗ وَاِنَّ الشَّيٰطِيْنَ لَيُوْحُوْنَ اِلٰٓى اَوْلِيَاۤىِٕهِمْ لِيُجَادِلُوْكُمْ ۚوَاِنْ اَطَعْتُمُوْهُمْ اِنَّكُمْ لَمُشْرِكُوْنَ
Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) tidak disebut nama Allah, perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah menjadi orang musyrik. (QS. 6: 121).
Dalam hampir setiap kegiatan, khususnya saat beribadah kita diperintahkan untuk memulai dengan menyebut nama-Nya;
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ اِلَيْهِ تَبْتِيْلًاۗ
Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati. (QS. Almuzammil: 8).
Jika kata-kata tersebut tidak ada pengaruhnya saat diucap, maka takkan ada perintah untuk membacakannya dan takkan ada beda antara makanan yang halal dan yang tidak. Khususnya Nama Allah, yang mana saking berpengaruhnya ia dapat menjadikan makanan yang kita konsumsi menjadi lebih sehat, dan aksi yang kita akan lakukan menjadi diberkati, lebih berenergi dan terlindungi dari ke-ikut-sertaan setan atau energi negatif. Begitupun setiap nama dan panggilan bagi setiap orang, tentu mempunyai pengaruh bagi jiwanya yang halus.
Setiap nama dipanggil saat hadir atau dirujuk saat dibicarakan, maka pasti ada energi yang berpengaruh secara langsung. Betapapun bagus arti nama secara mandiri, namun jika rangkaian huruf-hurufnya dengan huruf-huruf nama orangtuanya tidak bersinambung dari sisi unsur, nilai dan susunan inti, maka namanya itu tidak mampu mengantarkan energi positif. Lambat laun bisa terjadi error bagi penyandang nama tersebut, apalagi kalau orangnya tidak menjalani perintah agama, maka dampaknya akan lebih membebani.
Tidak heran mengapa dalam agama Islam dilarang memanggil orang dengan julukan yang tidak baik.
وَلَا تَلۡمِزُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُوۡا بِالۡاَلۡقَابِؕ بِئۡسَ الِاسۡمُ الۡفُسُوۡقُ بَعۡدَ الۡاِيۡمَانِ ۚ وَمَنۡ لَّمۡ يَتُبۡ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوۡنَ
Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk nama adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. (QS: Alhujurat: 11).
Semoga dengan tulisan singkat ini pembaca bisa menyadari betapa ucapan Bismillah mampu menjadi penetralisir segala aktifitas yang baik dan wajib diucapkan saat membaca ayat-ayat suci.
يا من اسمه دواء و ذكره شفاء
Wahai Dzat yang Nama-Nya adalah obat dan mengingat-Nya adalah kesembuhan.